Tumbuhan ini telah menyebar luas, tetapi nama daerah yang di ketahui hanya di Jawa. Misalnya, pupuwan lalaki atau jukut porosot (Sunda), ancang-ancang atau boboan (Jawa). Sedangkan dalam bahasa Indonesia tanaman ini di kenal dengan nama mamam laki atau mamam hutan.
Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian antar 1-500 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini seringkali ditemukan tumbuh liar di lahan tanah terbuka yang langsung terkena matahari, kebun-kebun dan semak-semak.
berdasarkan klasifikasinya, jenis tumbuhan ini termasuk Capparidaceae, sedangkan nama ilmiahnya adalah Polanisia icosandra W & A. nama ilmiah lama adalah Polanisia viscosa D.C
Ciri-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Capparidaceae adalah sebagai berikut.
Tumbuhannya ada yang tergolong herba atau tanaman berkayu, kadang-kadang memanjat. Letak daun menyebar, tunggal atau majemuk menjari, seringkali dengan daun penumpu. Susunan bunga dalambentuk tandan, beraturan, kebanyakan kelamin 2. daun kelopak berjumlah 4 atau antara 5-8, lepas atau sebagian melekat. Benangsari berjumlah 4, 6 atau banyak. Bakal buah menumpang, beruang satu atau banyak. Bakal biji dalam terbuni yang duduk di dinding, bejumlah antara 2-4. Kadang-kadang dengan dasar bunga yang di perpanjang dan mendukung putik dan benang sari, pada waktu perkembangan buah dasar buah masih memanjang. Buahnya ada yang termasuk buah kotak, buah buni, atau buah batu.
Setelah mengenal ciri-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Capparidaceae, selanjutnya dapat di pelajari ciri-ciri morfologi jenis tumbuhan maman hutan seperti berikut ini.
Tumbuhan ini tergolong herba setahun, tegak,tinggi hingga 85 cm, berambut kuat berupa kelenjar, dan berbau tidak enak. Daun pelindung berbilang 3, kadang-kadang berbilang 5. daun berbilang antara 3-5. anak daun bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik. Susunan bunga dalam bentuk tandan terletak di ujung, masing-masing dalam ketiak suatu daun pelindung. Daun kelopak lepas. Daun mahkota berjumlah 4, berwarna kuning cerah, mengarah ke satu sisi. Benang sari berjumlah antara 8-30, kepala sari berwarna kebiruan. Bakal buah duduk. Buah termasuk buah kotak, tegak, bentuk buah lobak, dimahkotai oleh tangkai putik, membuka dengan 2 katup dari arah bawah ke atas, rontok, sesudah itu yang tinggal adalah 2 tembuni yang berbentuk benang. Berbiji banyak, bentuk ginjal, berusuk, dan berwarna coklat hitam.
Tumbuhan ini kadang-kadang dipelihara di halaman rumah sebagai tanaman hias, karena mempunyai bentuk dan warna bunga yang indah.
Sistematika jenis tumbuhan maman hutan adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : brassicales (Rhoeadales)
Famili : Capparidaceae
Genus : Polanisia
Spesies : Polanisia icosandra W. & A.
2. BIDURI
Tumbuhan ini di Indonesia telah meluas persebarannya, sehingga nama daerahnya bermacam-macam. Misalnya, widuri, biduri, atau babakoan (Sunda); daduri atau widuri (Jawa); rubik (Aceh); rubigo (Minangkabau); bidhuri (Madura); burigha (Kangean); muduri (Bali); rembiga (Sasak); kore (Bima); krokoh (flores); modo ka pauk (Roti); dan rembega (Makasar dan Bugis). Tumbuhan ini dalam bahasa Belanda dan Inggris di kenal dengan nama muederplant atau giant milk weed.
Tumbuhan ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 1-1000 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini seringkali ditemukan tumbuh liar di lahan tanah kering dan di daerah dengan musim kemarau panjang.
Berdasarka klasifikasinya, jenis tumbuhan biduri termasuk famili Asclepiadaceae (suku biduri-bidurian), sedangkan nama ilmiahnya adalah Calotropis gigantean Dryand.
Ciri-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Asclepiadaceae adalah sebagai berikut.
Tumbuhan yang tergolong herba atau tumbuhan berkayu, bergetah, dan seringkali membelit. Letak daun berhadapan, kadang-kadang berkarang, tunggal, seringkali sukulen, dan tangpa daun penumpu. Bunga beraturan, berkelamin 2, dan berbilang 5. kelopak berbagi dalam. Mahkota bunga berdaun lekat, taju dalam kuncup, kadang-kadang dengan mahkota tambahan. Benang sari seringkali dengan tambahan pada pangkal sisi punggung. Tangkai sari pendek. Kepala sari besar, masing-masing dengan kepala putik berlekatan. Bakal buah 2, lepas, menumpang hanya dihubungkan oleh kepala putik. Tidak ada tonjolan dasar bunga. Buahnya termasuk buah bumbung sepasang dengan banyak biji yang berumbai.
Setelah mengenal ciri-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Asclepiadaceae, selanjutnya dapat di pelajari ciri-ciri morfologis jenis tumbuhan biduri seperti berikut ini.
Tumbuhan ini tergolong therba tegak, tinggi antara 0,5-3 m. batang bulat, batang muda berwarna putih. Daun bertangkai sangat pendek, helaian daun bentuk bulat telur terbalik atau memanjang, bagian ujung tumpul, sedangkan bagian pangkal berbentuk seprti jantung, serupa belulang, pada sisi atas mula-mula berwarna putih. Bunga tersusun dalam anak payung, berbunga banyak, tertancap antara tangkai bunga dari pasangan daun yang sama, tangkai bunga utama berambut lebat.Biduri (Calotropis gigantean Dryand)
Daun pelindung smpit. Tangkai bunga tebal, panjang anatara 3-5 cm. kelopak bunga terbenang agak mendatar dengan taju yang berwarna putih, berbentuk bulat telur. Mahkota bunga bentuk roda, kadang-kadang berwarna putih, dengan tabung yang berwarna hijau pucat, berbentuk cawan yang dangkal. Daun mahkota tambahan berlekatan dengan tabung benang sari, dengan taji pada pangkal dari daru mahkota tambahan. Tangkai sari berlekatan menjadi tabung. Kepala putik lebar, bersudut 5, dan tangkai putik panjang. Buah termasuk buah bumbung berdiri sendiri atau berpasangan, berbentuk bulat telur memanjang, dengan ujung yang melengkungserupa kait. Biji berwarna coklat, bermbut pendek lebat, denan umbai dari rambut sutera panjang.
Sistematika tumbuhan biduri adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Apocynales (Contortae)
Famili : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantean Dryand
3. DAUN WUNGU
Tumbuhan ini diduga dari Irian, kemudian menyebar luas di seluruh Indonesia dengan nama daerah yang bermacam-macam. Misalnya daun ungu, daun temen-temen atau handeuleum (sunda). Sedangkan dalam bahasa Perancis, Inggris dan belanda tumbuhan ini di kenal dengan nama: carmantine peinte, caricature plant, atau gartenschriftblatt.
Tumbuhan ini dapat tumbyh pada ketinggian antara 1-1250 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini seringkali di temukan tumbuh liar di tempat-tempat terbuka yang kering dan lembap.
Berdasarkan klasifikasinya, jenis tumbuhan daun wungu termasuk famili Acanthaceae (suku jeruju-jerujuan), sedangkan nama ilmiahnya adalah Graptophyllum pictum Griff.
Cir-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Acanthaceae adalah sebagai berikut.
Tumbuhannya kebanyakan tergolong herba. Daun tunggal atau berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga kadang-kadang tunggal atau berpasangan di ketiak daun, kadang-kadang bunga tersusun dalam bulir tandan tunggal atau majemuk. Bunga berkelamin 2, setangkup tunggal. Kelopak bunga terbagi hampir sangat dekat pangkalnya, kadang-kadang berlekuk, berbilang 4 atau 5. mahkota bunga berdaun lekat, kebanyakan berbilang 5, seringkali berbibir 2 dengan tabung panjang. Benang sari berjumlah 4, terdiri atas panjang 2 dan pendek 2. seringkali memiliki 1-2 staminodia. Bakal buah menumpang, beruang 2, kebanyakan dengan 2-8 bakal biji tiap ruang. Tangkai putik 1, berbentuk benang, kepala putik kebanyakan 2 taju. Buahnya termasuk buah kotak, membuka menutup ruang. Biji seringkali terdapat pada pertumbuhan, dari tali pusat (kait pelempar) berbentuk kait.
Setelah mengenal ciri-ciri umum tumbuhan yang termasuk famili Acanthaceae, selanjutnya dapat dipelajari ciri-ciri morfologi jenis tumbuhan daun wungu seperti berikut ini.
Daun wungu (Graptophyllum pictum Griff)
Letak daun berhadapan, bentuk dun jorong hingga memanjang, kedua tepi daun rata. Bunga tersusun dalam tanda, tumbuh di ujung-ujung tangka, berwarna merah tua. Buahnya termasuk buah kotak yang berbentuk jorong, tiap ruan berisi 2 biji yang berbentuk bulat.
Sebenarnya tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, tetapi di pulau Jawa sangat jarangmenghasilkan buah. Oleh karena itu, tumbuhan ini diperbanyak dengan stek batang. Tumbuhn ini sangat cepat tumbuh dan tidak banyak memerluakan pemeliharaan.
Meskipun tumbuhan ini hidup liar, tetapi ada juga orang membudidayakannya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, atau taanaman obat.
Perlu diketahui bahwa etrdapat beberapa varietas tanaman ini dari yang sering ditanam, yaitu varietas berdaun hijau, berdaun belang, dan berdaun lembayung, atau ungu-merah.
Bagian dari tumbuhan ini yan dimanfaatkan sebagai obat tradisional, yaitu daun dan kulit batangnya. Carnya adalah tumbuklah daun dan kulit batangnya hingga lembut. Selanjutnya, tumbukan tersebut digunakan sebagai bobok untuk mengobati borok, bisul-bisul, atau bengkak. Di samping itu, lembar daun tumbuhan ini yang terlebih dahulu diolesi minyak kelapa, dipanaskan sebentar di atas api, kemudian tempelkan pada bisul atau bagian tubuh yang membengkak. Begitu pula, seduhan tumbuhan ini bersama dengan daun ki urat (Plantago major L.) berkhasiat untuk mengobati penyakit wasir.
Telah diketahui bahwa daun dankulit batang tumbuhan ini banyak mengandung lender dan sejenis alkaloid yang rasanya pahit..
Sistematika tumbuhan biduri adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales (Tubiflorae)
Famili : Acanthaceae
Genus : Graptophyllum